Beri aku kabar...
tentang pagi hari yang hangat
seperti pagi hari
dipenghujung tahun seribu sembulan ratus sembilan puluh dua
ketika kita permainkan bayangan matahari
dan mencandai bulan pucat di langit barat
ada rasa yang riuh
manakala kau berujar rasa
tapi kau tersesat dalam ragu
dan hatiku telah membiru
....
dan kata-kata telah menjelaga tak bermakna
tak tersisa waktu untuk kita untuk menata rasa
beri aku kabar
senyap angin malam di lorong taman
ketika membayangkan dirimu menjadi Rahwana menculik Shinta
dan Hanoman tersesat di belantara api
kabarkan saja ceritera-ceritera..
dan bualan-bualanmu
seperti biasa
bisa membuat kita tertawa
mengikis batas antara duka dan suka
bagaimana dengan tangga pelangi
yang mengantarkan bidadari turun mandi
dan dirimu menjadi ksatria mabuk berakal busuk
memerangkap ketidakberdayaan menjadi kesukacitaan
dan menumbuhkan cinta di ranting yang merapuh
aku mengirimkan kabar untukmu...
aku lebih memilih menjadi Shinta
daripada menjadi bidadari itu
tapi karena kau bukan seorang Rama
pun seorang Rahwana
....(kau lebih pantas jadi ksatria pemalu
yang memalukan...)
dan aku bersumpah mati menunggu rasa menjadi batu
(tapi tetap saja tak mampu...)
aku mengirimkan kabar untukmu
jika hati tak pernah menjadi sepi
karena hati tak pernah bisa kukutuk menjadi batu
karena angin selalu membawa wangi kenangan
dan musim tak akan pernah mengaburkan semua makna tentang rasa
Selengkapnya...